Archive | March, 2021

Saat ZA Menghindari Masjid Al Ikhlas Hingga Tersesat Dan Menembaki Ke Pos Jaga Depan Mabes Polri

Masjid Al Ikhlas didalam Komplek Mabes Polri

Oleh : MEGA SIMARMATA

Kemarin, Rabu 31 Maret, semua sedang bekerja di Mabes Polri.
Termasuk Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.


Tapi sekonyong konyongnya Mabes Polri gempar.
Seorang wanita tak dikenal masuk ke dalam Komplek Mabes Polri membawa senjata api (senpi).


Ia masuk dari Pos Jaga belakang Mabes Polri.


Dan ketika ditanya oleh petugas jaga, ia hendak menemui siapa?


ZA menjawab hendak ke Kantor Pos.


Di Mabes Polri, memang ada Kantor Pos ukuran kecil yang letaknya hanya 25 meter dari Masjid Al Ikhlas yang terletak didalam Komplek Mabes Polri.

Terduga Teroris ZA


ZA berjalan kaki hendak menuju Kantor Pos itu.

Untuk bisa mencapai Kantor Pos itu, ZA memang harus berjalan kaki dan belok kiri setelah ia melintasi Gedung TIK Polri.

Setelah belok kiri, ZA harus melewati Masjid Al Ikhlas yang ukurannya lumayan besar, megah dan bagus.


Tapi ZA membatalkan niatnya mendatangi Kantor Pos setelah ia tahu bahwa ia harus melewati Masjid Al Ikhlas.


Sehingga akhirnya ia mengubah arah jalannya. Yang harusnya belok kiri, ZA memutuskan untuk berjalan lurus saja ke depan sampai mentok ke arah gerbang depan Mabes Polri.


Bisa jadi ia ingin keluar untuk pulang.


Tapi tidak seorangpun diperbolehkan keluar masuk dari gerbang depan Mabes Polri karena dikhususkan untuk Kapolri, Wakapolri dan tamu tamu penting Polri.

Akhirnya ZA terlihat mondar mandir, hilir mudik, celingak celinguk di Pos Jaga Depan.

ZA juga menembaki petugas pos jaga sampai 6 kali berturut turut.

Namun akhirnya Pasukan Gegana yang bersiaga di semua sudut Mabes Polri, dalam hitungan menit datang ke arah Pos Jaga depan tempat ZA menembaki petugas Pos Jaga.

Serangannya dilumpuhkan.

ZA tewas di tempat.

Kedua orangtua ZA tiba di RS Polri Kramat Jati, Rabu malam 31 Maret 2021


Disaat yang bersamaan, di kediamannya, Ayah ZA menjadi sangat risau kenapa putrinya meninggalkan surat wasiat yang isinya kira kira sama dengan surat wasiat teroris yang meledakkan Gereja di Katedral Makassar yang ramai diberitakan media.

Kerisauan sang ayah terjawab saat ia mendengar kabar bahwa putrinya tewas akibat melakukan penembakan di Mabes Polri.

Ayah dan Ibu ZA, tiba di ruang instalasi forensik RS Polri Kramat Jati sekitar pukul 19.40 WIB untuk melihat jenazah putri mereka.

Inilah kisah tentang ZA, yang terkejut dan langsung balik badan dan menghindari Masjid Al Iklhas didalam Mabes Polri.

Ia memutuskan tak jadi melakukan aksi koboinya di areal Kantor Pos Mabes Polri, hanya karena ia tahu bahwa ternyata di dalam Mabes Polri ada sebuah Masjid berdiri dengan megah.

ZA jadi tersesat arah dan menjadi linglung menapaki jalan di Mabes Polri. 

Kedua tungkai kakinya membawa ZA ke pos jaga depan yang jarak berjarak 10 meter dengan jalan raya.

Wanita ini menghembuskan nafas terakhirnya dengan sangat tragis di samping Pos Jaga Depan Mabes Polri. (****)

MS

Kapolri Tawarkan Anak Lelaki Satpam Katedral Makassar Jadi Polisi

 

 

 

Oleh: MEGA SIMARMATA

 

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menawarkan kepada anak laki-laki dari Kosmas, petugas satpam penghadang bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, untuk menjadi polisi. 


Hal ini sebagai bentuk apresiasi terhadap aksi Kosmas menghadang pasutri bomber bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.


“Iya (anak laki-laki Kosmas ditawari Kapolri menjadi polisi). Itu sebagai apresiasi Kapolri terhadap keberanian Pak Kosmas,” ujar Kapolda Sulsel Irjen Merdisyam kepada wartawan di Makassar, Rabu (31/3/2021).


Merdisyam mengatakan semua pihak mengapresiasi Kosmas, termasuk dirinya. 


Dia menyebut keberanian Kosmas memberi dampak yang sangat signifikan karena bisa meminimalkan jumlah korban.


“Kalau saja tidak ada orang seperti Pak Kosmas itu ceritanya akan berbeda,” kata Merdy.


Oleh karena itu, Merdisyam meminta semua pihak belajar dari keberanian Kosmas. 


Dia menyebut keamanan memang bukan hanya menjadi tugas polisi semata. 


Masyarakat juga harus mengambil peran sebagai tanggung jawab bersama.


“Upaya yang dilakukan pihak keamanan Gereja Katedral dan tempat-tempat lainnya itu sebenarnya sudah sangat baik karena ada petugas gereja itu yang siap siaga yang mengantisipasi,” jelas Merdisyam.


“Sehingga seperti kemarin dengan keberaniannya dengan ketelitiannya bisa menahan si pelaku ini masuk dan kita bisa bayangkan kalau pihak gereja tidak menyiapkan keamanan internal seperti itu,” sambung Merdisyam.


Sementara itu, pihak keluarga turut membenarkan anak laki-laki Kosmas ditawari menjadi polisi. 


Anak laki-laki Kosmas tersebut diketahui bernama Frengki.
“(Nama anak Kosmas) Frengki, mahasiswa itu di UKIP (Universitas Kristen Indonesia Paulus) Makassar,” kata Jon (48) selaku adik kandung Kosmas.


Seperti diketahui, aksi Kosmas yang berani menghadang pasangan suami istri (pasutri) pelaku bom bunuh diri untuk masuk ke dalam Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3), menuai banyak pujian. 


Pasalnya, korban akibat bom bunuh diri tersebut bisa saja memakan korban jiwa selain pelaku.


Kapolri Listyo sendiri pun memang telah menyampaikan rasa terima kasih kepada Kosmas (51), sekuriti penghadang pelaku bom bunuh diri masuk ke Gereja Katedral Makassar. 


Kosmas saat itu harus menderita luka bakar imbas serpihan bom bunuh diri. (****)

 

 

 

MS

Antara Jokowi, Gibran dan Bobby Soal Kepemimpinan, Beda Zaman Beda Gaya

Oleh: MEGA SIMARMATA

Empat hari lagi, tepatnya 26 Maret 2021, tepat 1 bulan Gibran Rakabuming Raka menjabat sebagai Walikota Solo, dan Muhammad Bobby Nasution menjabat sebagai Walikota Medan.


Mereka dilantik secara resmi oleh masing masing Gubernur di wilayah mereka.


Gibran dilantik oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.


Bobby dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.


Sebulan menjabat, apa yang bisa diulas dari Gibran dan Bobby?


Yang pertama adalah keduanya menyadari bahwa medsos adalah sarana yang bisa dimanfaatkan seluas luasnya untuk menyampaikan edukasi dan informasi, serta berinteraksi dengan masyarakat.


Instagram terutama, baik Gibran, maupun Bobby, sama-sama rutin dan rajin menginformasikan apa saja kegiatan mereka hari demi hari.


Tetapi Gibran punya kelebihan sedikit, ia bersedia menjawab pertanyaan atau saran dari warga Solo yang ditulis di kolom komentar postingan-postingannya di Instagram.


Namun bukan berarti Bobby tak punya kelebihan.


Ketika Bobby turun ke lapangan, ke lokasi manapun ia pergi incognito (blusukan), semua data dan informasi sudah ia pegang bahwa ada yang tak beres di lokasi itu.


Misalnya, ada bangunan liar yang sangat megah dan mewah tapi tak berizin. Bobby tak segan memerintahkan agar bangunan itu dihancurkan sesuai aturan yang berlaku bahwa bangunan tak punya izin IMB selayaknya dirobohkan.


Kemudian, saat ia mengunjungi RS Pirngadi Medan. Bobby menanyakan bagaimana teknis kunjungan dokter ke pasien disana, lalu dimana para perawat yang bertugas dan bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien. Ia memperoleh jawaban bahwa masing masing pasien berkomunikasi dengan dokter yang visit dan dengan perawat melalui HP.


Saat di RS Pirngadi, Bobby secara spontan menunjuk sejumlah puntung rokok yang berserakan di lorong rumah sakit. “Harusnya tidak boleh merokok disini kan?” kata Bobby kepada pendampingnya dari RS Pirngadi.


Satu bulan menjabat di masing-masing wilayahnya, istri dari Gibran yaitu Selvi Ananda dan istri dari Bobby yaitu Kahiyang Ayu, juga beberapa kali alias cukup sering melakukan tugas mereka.


Mata semua semua akan senantiasa tertuju pada Kahiyang, apakah sebagai putri Presiden ia akan melaksanakan tugas-tugasnya sebagai istri Walikota? Jawabannya YA. Kahiyang menanggalkan statusnya sebagai ANAK PRESIDEN. Ia di Medan, bukan sebagai anak presiden tapi sebagai ISTRI WALIKOTA.


Begitu juga Selvi, istri Gibran, yang dalam sebulan ini aktif bekerja sebagai Ketua PKK di Solo.


Kahiyang juga bertugas sebagai Ketua PKK di Medan.


Baik Kahiyang, maupun Selvi, dua-duanya berpakaian sederhana dalam sebulan inim Tidak menunjukkan kemewahan. Dan itu pantas diapreskasi.


Kembali pada Gibran dan Bobby.


Keduanya punya gaya kepemimpinan yang sama yaitu sama sama tegas, sama sama membumi, sama sama rendah hati dan sama sama punya leadership yang sangat baik.


Tidak mentang mentang mereka anak atau menantu Presiden maka dibenarkan untuk betingkah.


Tidak samasekali ada perilaku yang menyimpang atau aneh dari Gibran dan Bobby.


Keduanya sangat hormat pada Gubernur mereka masing masing.


Jika harus menghadap, mereka menghadap kepada Gubernurnya.


Jika harus mendampingi atau menyambut Gubernurnya, mereka lakukan sepenuh hati.


Sangat sering pakaian yang dipakai Gibran dan Bobby adalah seragam mereka sebagai Walikota.


Atau, kalau harus berpakaian bebas, mereka memakai kemeja atau kaos yang rapi. Tidak ada kesan mewah. Sangat sederhana malah.


Kalau dulu, Jokowi sangat mengandalkan interaksi yang sangat intens dengan warganya saat blusukan sebagai Walikota Solo atau sebagai Gubernur DKI Jakarta. 


Kelebihan Jokowi adalah berdialog dan terus menerus ada di lapangan dengan masyarakat agar ia bisa sangat dekat dengan warganya.


Gibran dan Bobby pun melakukan hal yang sama tapi dengan style atau gaya yang lain.


Apa yang tak beres di kota mereka, dalam hitungan yang tercepat mereka perintahkan untuk dibenahi.


Ketegasan yang sangat kuat, terpancar jelas dari diri Gibran dan Bobby.


Mereka pun ramah, seramah Jokowi saat masih menjabat sebagai Walikota atau Gubernur.


Tapi Gibran dan Bobby, tidak memfokuskan diri hanya berkutat pada blusukan blusukan yang mengutamakan banyak dialog dengan warga.


Mereka lebih memfokuskan diri untuk membenahi apa yang perlu dibenahi, dan membangun atau mengerjakan apa yang mereka anggap perlu untuk dilakukan sesuai janji janji mereka saat kampanye.


Kelebihan Jokowi hanya 1 dibanding anak dan menantunya. Jokowi tak segan memperlihatkan kemesraannya dengan sang istri yaitu Iriana.


Bergandengan tangan misalnya.


Gibran dan Bobby, sesungguhnya sangat mesra juga dengan istri mereka. Tapi ketika di depan umum, mereka jaga agar kemesraan mereka dengan istri tidak berlebihan. 


Sebab, tampaknya mereka lebih ingin dilihat tentang bagaimana mereka bekerja dengan rajin dan gigih, agar secepatnya masyarakat bisa menikmati hasil kerja mereka sebagai Walikota.


Jadi, satu bulan mereka menjabat sebagai Walikota, Gibran dan Bobby, keduanya pantas diacungi jempol. Diacungi dua jempol malah.


Two thumbs up !!!


Tapi ini baru sebulan.


Satu bulan ke depan. Dua bulan ke depan. Tiga bulan ke depan. Satu tahun ke depan dan seterusnya, hendaknya Gibran dan Bobby tidak berubah dari perfoma mereka yang sangat amat baik sebulan ini.


Ayo kerja terus, kerja, kerja dan kerja.

Buka Rakernis Baintelkam, Kapolri: Presisi Dimulai dari Fungsi Intelijen

Oleh: MEGA SIMARMATA

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo membuka Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Polri, Rabu (17/3/2021). 


Kegiatan itu dilakukan sesuai dengan standar protokol kesehatan. 


Rakernis Banitelkam tahun ini mengusung tema ‘Intelijen Keamanan Polri Siap Mewujudkan Transformasi Polri yang Presisi Guna Mendukung Peningkatan Kerja Pemeliharaan Kamtibmas Dalam Rangka Menjaga Keamanan Dalam Negeri’. 


Dalam arahannya, Listyo menekankan pentingnya peran jajaran Baintelkam Polri dalam mengimplementasikan gagasan Polri Presisi atau Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi Berkeadilan. 


“Dalam Presisi dimulai dari Prediktif terutama di fungsi intelijen di kemampuan yang memprediksi kegiatan yang akan datang, menganalisa dan difungsikan ke fungsi lain,” kata Listyo di hadapan peserta Rakernis Baintelkam Polri. 


Dengan memiliki kemampuan Prediktif di setiap kegiatan, maka hal itu akan sangat membantu untuk unit lainnya menjalankan tugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).


Terkait prediksi dan kemampuan membaca situasi, Listyo pun mengutip pemikiran dari Filsuf sekaligus ahli seni perang Sun Tzu. 


“Mengambil teori Sun Tzu di The Art of War, harus mampu mengenali kemampuan organisasi serta lingkungan strategik menjawab tantangan ke depan,” ujar Listyo.


Mantan Kabareskrim Polri itu menekankan, intelijen keamanan terkait mampu mengelola keamanan dalam negeri, tentunya harus tahu perkembangan lingkungan strategik global, regional dan nasional yang berimplikasi terhadap keamanan dalam negeri. 


Dia mencotohkan, ketika pelaksanaan Pilkada Amerika Serikat yang berimplikasi di Timur  Tengah dah berdampak ke Indonesia. 


“Perang dagang Amerika dengan China mempengaruhi perekonomian dan politik di dalam negeri,” tutur mantan Kapolda Banten ini.


Selain itu, Listyo juga meminta agar pelayanan kepolisian harus berorientasi pada kemudahan masyarakat seperti penerbitan SKCK. 


Hal itu harus dilakukan dengan mudah cepat dan terukur berbasis teknologi.

Membuka Rakernis Baintelkam, Kapolri Listyo Ingatkan Intel Polri soal Teori Sun Tzu

Jakarta, Rabu 17 Maret 2021 (KATAKAMI) — Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membuka Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri, Rabu, 17 Maret.

Kegiatan itu dilakukan sesuai dengan standar protokol kesehatan.

Rakernis Banitelkam tahun ini mengusung tema ‘Intelijen Keamanan Polri Siap Mewujudkan Transformasi Polri yang Presisi Guna Mendukung Peningkatan Kerja Pemeliharaan Kamtibmas Dalam Rangka Menjaga Keamanan Dalam Negeri’.

Dalam arahannya, Listyo menekankan pentingnya peran jajaran Baintelkam Polri dalam mengimplementasikan gagasan Polri Presisi atau Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi Berkeadilan.

“Dalam Presisi dimulai dari Prediktif terutama di fungsi intelijen di kemampuan yang memprediksi kegiatan yang akan datang, menganalisa dan difungsikan ke fungsi lain,” kata Listyo di hadapan peserta Rakernis Baintelkam Polri.

Dengan memiliki kemampuan Prediktif di setiap kegiatan, maka hal itu akan sangat membantu untuk unit lainnya menjalankan tugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

Terkait prediksi dan kemampuan membaca situasi, Sigit pun mengutip pemikiran dari Filsif sekaligus ahli seni perang Sun Tzu.

“Mengambil teori Sun Tzu di The Art of War, harus mampu mengenali kemampuan organisasi serta lingkungan strategi menjawab tantangan ke depan,” ujar Listyo.

Mantan Kabareskrim Polri itu menekankan, intelijen keamanan terkait mampu mengelola keamanan dalam negeri, tentunya harus tahu perkembangan lingkungan strategi global, regional dan nasional yang berimplikasi terhadap keamanan dalam negeri.

Listyo mencontohkan, ketika pelaksanaan Pilkada Amerika Serikat yang berimplikasi di Timur Tengah dah berdampak ke Indonesia.

“Perang dagang Amerika dengan China mempengaruhi perekonomian dan politik di dalam negeri,” tutur mantan Kapolda Banten ini.

Selain itu, Listyo juga meminta agar pelayanan kepolisian harus berorientasi pada kemudahan masyarakat seperti penerbitan SKCK.

Hal itu harus dilakukan dengan mudah cepat dan terukur berbasis teknologi. (****)

Kapolri Beri Kuliah Umum di UI: Kerukunan Adalah Modal Utama Bangsa

Oleh: MEGA SIMARMATA

Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Kuliah Umum Kebangsaan dengan tema “Peningkatan Kerukunan Hidup dan Penegakan Hukum di Indonesia Dewasa Ini dan Masa Mendatang” dengan narasumber Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si., Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).


Mengutip dari Website Universitas Indonesia WWW.UI.AC.ID, kuliah umum hari ini dilaksanakan secara hybrid yaitu perpaduan antara daring (online) dan luring (offline) pada Rabu (10/3) dan dihadiri oleh lebih dari 250 peserta yang merupakan sivitas akademika, alumni, dan perwakilan dari Polri. 


Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D hadir membuka kuliah umum dan dalam sambutannya berharap momentum ini dapat memberikan wawasan dalam hal kerukunan hidup dan inspirasi bagi sivitas akademika UI untuk meneladani karya dan kinerja Kapolri.


Direktur SKSG UI Athor Subroto, S.E., M.M., M.Sc., Ph.D mengapresiasi kehadiran Rektor UI dan Kapolri yang bersedia memberikan kuliah umum secara offline serta kehadiran seluruh peserta. “Kami bangga bahwa Kapolri saat ini merupakan alumni SKSG UI dan berharap kegiatan ini menjadi model hubungan UI dan para alumninya untuk saling mendukung dan menguatkan dalam rangka belajar bertukar pengalaman dan pikiran, sehingga dampak positifnya dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas,” ujar Athor.


Dalam materi yang disampaikan, Kapolri memaparkan tentang tantangan keamanan dan pertahanan Indonesia saat ini, yaitu ancaman terhadap kerukunan dan polarisasi. 


Menurutnya, penggunaan teknologi informasi saat ini menjadi potensi yang paling besar mengancam kerukunan bangsa. “Ruang cyber dimanfaatkan untuk menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks. Padahal, kalau kita lihat, di level elit, saat ini posisi jadi satu. Tapi di grass root masih terpecah, dan untuk bisa berubah itu sangat sulit. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus dijaga. Karena melihat perjalanan sejarah Indonesia yang mudah terpecah-belah dan potensi polarisasi menjadi tantangan dan harus diwaspadai oleh kita bersama,” ujar Kapolri.


Kondisi grass root inilah yang Listyo jadikan sebagai dasar dalam membangun visinya sebagai Kapolri yang baru, yaitu “Peran Polri yang Presisi”. 


“Diharapkan dengan mengetahui kondisi masyarakat secara tepat, kita dapat menyusun langkah-langkah penanganan yang lebih tepat sasaran atau presisi,” ujar Listyo.


Beberapa langkah yang dilakukan Kapolri dalam menghadapi tantangan keamanan-pertahanan di era digital ini diantaranya adalah program polisi cyber yang menggunakan model persuasif-edukatif bagi orang-orang yang berpotensi melanggar aturan-aturan di dunia maya. 


Langkah kedua adalah menjadikan Kepolisian Sektor (Polsek) sebagai basis resolusi permasalahan wilayah. 
Di Polsek, penanganan masalah akan lebih mengedepankan metode penanganan yang bersifat mediasi, dibandingkan yang bersifat penegakan hukum. 


Dalam metode ini, adat kebiasaan yang sudah hidup di masyarakat dapat menjadi salah satu solusi konflik, sehingga dapat lebih mengakomodasi apa yang disebut “rasa keadilan” di masyarakat.


Langkah ketiga adalah melakukan pendekatan pengarusutamaan moderasi beragama dengan cara meningkatkan peran serta tokoh-tokoh agama di masyarakat dalam memerangi doktrin-doktrin yang tidak sesuai dengan nilai kebangsaan. Para mantan napi teroris juga dilibatkan dalam melakukan edukasi agar masyarakat dapat memahami pentingnya persatuan bangsa. Langkah terakhir adalah melakukan sinergitas antara Polri dengan TNI dalam menjaga keamanan negara.


Di akhir pidato, Jend. Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. berharap bahwa potensi kemajemukan bangsa dapat dianggap sebagai suatu modal kemajuan, bukan sebagai potensi perpecahan. 
“Mari kita jaga persatuan, bukan saatnya kita bertengkar. Bersatu untuk melalui pandemi Covid-19. Bersatu untuk masa depan yang lebih baik,” katanya.

Kapolri: Polarisasi Pilpres, Belum Move On untuk Bersatu 

Oleh: MEGA SIMARMATA

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bicara tentang peran Polri dalam rangka meningkatkan kerukunan hidup berbangsa pasca Pilpres 2019 yang terpolarisasi. 


Hal itu dikatakan Kapolri saat memberikan kuliah umum kebangsaan yang digelar oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) Pascasarjana sekolah kajian strategik dan Global di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021).


 “Tantangan saat ini adalah tantangan polarisasi yang masih ada barier (hambatan) saat Pilkada dan Pilpres, belum move on untuk bersatu membangun bangsa ini,” kata Listyo.


Untuk itu, masih kata Listyo, Polri ingin mengambil peran dalam menangani persoalan tersebut dengan mengarusutamakan moderasi beragama. 


Moderasi beragama penting dilakukan didasarkan fakta bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk dengan berbagai macam suku, bahasa, budaya, dan agama. 


Listyo juga mengajak alumni UI untuk melihat peluang bonus demografi di Indonesia agar dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan juga kesejahteraan demi kemakmuran masyarakat bisa meningkat salah satunya dengan merawat khebinekaan.


“Juga diperlukan upaya secara bersama-sama melakukan pencegahan Covid-19 agar berdampak kepada perekonomian yang semakin baik,” kata Listyo.

Listyo Sigit, Jenderal Sederhana Yang Siap Jadi Pelayan Masyarakat

Dia terpilih karena dinilai berhasil membenahi dan membawa institusi Bareskrim Polri makin profesional, juga keberaniannya dalam mengungkap kasus besar.

Top 10 Most Outstanding People adalah daftar 10 tokoh nasional yang luar biasa.

Mereka dipilih karena memiliki peran di bidangnya dengan dedikasi maupun kemampuan yang luar biasa, dan dengan hasil maupun cara yang lebih unggul dari orang lain.

Ini salah satu potret kecil dari sang Jenderal bintang tiga mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bangsa tak hanya memberikan kontribusi besar bagi pembangunan di negeri ini, tapi juga mampu memberikan inspirasi bagi orang lain agar turut membangun negeri ini.

Salut!

Komjen Listyo Sigit terlahir dari keluarga besar prajurit TNI Angkatan Darat yang hidup sederhana.

Namun demikian, dirinya tidak lupa untuk senantiasa bersyukur dibesarkan di Kota Gudeg yang memiliki biaya hidup rendah.

“Akan menjadi pelayan” saat warga meminta tolong dan terbelit masalah.

Niat mulianya ini tidak terlepas dalam misi hidup nya, yakni memberikan manfaat kepada masyarakat, dan dalam keyakakiannya apa gunanya hidup jika hanya untuk diri sendiri dan tak memberi manfaat terhadap orang lain.

Sosok energik penuh kesederhanaan, tegas, dan segudang prestasi tak perlu diragukan lagi dalam menjalankan setiap amanah yang ia emban termasuk saat ini sebagai Kabareskrim Polri.

Komjen Listyo Sigit saat menjabat Kadiv Propam Polri adalah figur yang mengeluarkan aturan larangan anggota Polri untuk bergaya hidup mewah.

Larangan bergaya hidup mewah itu, merupakan terobosan karena polisi merupakan aparat penegak hukum dan pelindung masyarakat yang harus memberikan teladan yang baik.

Langkah ini tertuang dalam Surat Telegram dengan nomor ST/30/XI/HUM.3.4/2019/DIVPROPAM yang berisi tentang aturan disiplin anggota Polri, kode etik profesi Polri dan kepemilikan barang mewah oleh pegawai negeri di Polri.

Keteladanan nyata dari jenderal sederhana agar berperilaku dan bersikap yang baik, tidak memperlihatkan gaya hidup yang hedonis terutama Bhayangkari dan keluarga besar Polri.

Masyarakat bersyukur Bareskrim memiliki sosok pemimpin sepertinya.

Bahkan, akan terus mendukung dan berdoa, agar Komjen Listyo Sigit selalu dalam lindunngan tuhan yang maha esa, dan tetap dapat melayani masyarakat dengan penegakan hukum secara adil melalui pendekatan humanistik. (****)

Oleh: Diddy Budiono

Penulis, adalah Sekjend GK Center.

Catatan Tentang Listyo Sigit, Kiprah Jenderal Kemilau Prestasi, Yang Hatinya Tetap Membumi

 

“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.


(Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa). -Gajah Mada-


Listyo mengemban amanah yang besar untuk tetap menjaga kondusifitas nasional agar tetap sejuk dari pengacau dan pemecah belah bangsa yang belakangan ini tak segan memberikan ancaman seriua terhadap eksintensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik itu bersifat mikro maupun makro.


Falsafah hidupnya sangat simpel namun artinya dalam “Apa manfaat kita hidup di dunia, kalau cuma buat kita sendiri, buat apa?” tentu ini bisa menjadi pijakan bagi kita untuk terus intropeksi agar senantiasi memberikan dedikasi terbaik terhadap bangsa dan Negara.


Kutipan John F. Kennedy “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!” juga berlaku bagi kita, jangan sampai kita menuntut ini itu, tapi sumbangsih kita tiada.


Kiprah Jenderal bintang tiga bernama lengkap Listyo Sigit Prabowo kelahiran Ambon, Maluku 5 Mei 1969 dapat menjadi tauladan hidup bagi generasi saat ini, di tengah prestasinya kemilau namun hatinya tetap membumi, demikian dikatakan Khairul Anam selaku Ketua Milenial Muslim Bersatu yang dimuat di Koran Indonesia.Co.


Gebrakan-gebrakan Komjen Listyo bukan kaleng-kaleng, ditambah lagi bersangkutan adalah sosok yang dikenal reformis dan antikorupsi menjadi lengkap sudah akan dirinya.


Pernah dengar nama Djoko Tjandra? 


Yang telah menjadi buronan selama 11 tahun serta sempat menjadi perhatian publik, Jenderal inilah yang tak segan turun gunung mengejar besangkutan ke luar negeri dan berhasil mengungkap dua kasus Djoko Tjandra yakni kasus pemalsuan surat jalan dan kasus korupsi terkait pengurusan penghapusan red notice.


Semua orang di mata hukum sama, ini juga berlaku terhadap dua rekan jenderal polisi yang juga disikat habis olehnya karena terlibat, yakni Irjen Pol Napoleon Bonaparte dan Brigjen Pol Prasetijo Utomo ditetapkan sebagai tersangka dan saat ini keduanya masih menjalani persidangan di pengadilan.


Di bawah komando Komjen Listyo Bareskrim juga menangani kasus pembobolan kas Bank BNI lewat L/C fiktif Bank BNI dengan tersangka Maria Pauline Lumowa yang sempat kabur ke luar negeri selama 17 tahun. 


Kini Maria telah diserahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menunggu jadwal persidangan.
Perihal pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tidak ada kata ampun di babat habis! beberapa kasus narkotika dalam jumlah besar berhasil diungkap di masa kepemimpinan Listyo sebagai Kabareskrim, di antaranya penyelundupan 821 kg sabu-sabu di Serang, Banten; penyelundupan 402 kg sabu-sabu asal Timur Tengah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; kasus penyelundupan 159 kg sabu-sabu asal China yang melibatkan sindikat internasional Malaysia, Aceh, Pekanbaru dan Jakarta serta penyelundupan 200 kg sabu-sabu asal Myanmar di kompleks pergudangan Cikarang, Jawa Barat.


Agustus 2020, publik dikejutkan dengan kebakaran yang melahap Gedung Utama Kejaksaan Agung. 
Selanjutnya Listyo beserta jajaran Bareskrim melakukan penyelidikan dan penyidikan yang berhasil mengungkap bahwa kebakaran tersebut ternyata berawal dari ketidaksengajaan. 
Sebelas orang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.


Bahkan beberapa minggu ini masyarakat digemparkan kasus Penembakan 6 Laskar FPI, dalam beberapa kesempatan Kabareskrim menjelaskan akan melakukan secara objektivitas, profesionalisme, dan transparansi.
Ia juga akan menyampaikan perkembangan proses penyidikan kasus serta telah dibuka hotline untuk memberi kesempatan kepada masyarakat berpartisipasi mengungkap kasus ini. 


Kurang apa coba? Perfecto!


Selain itu, Komjen Listiyo Sigit tercatat pernah jadi Kapolres Solo pada 2011, terpilih menjadi Ajudan Presiden RI pada 2014 dan menjabat sebagai Kapolda Banten pada 2016.


Selanjutnya karirnya semakin moncer, dia dipercaya mengemban jabatan strategis di Mabes Polri sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri pada 2018 kemudian menjadi Kepala Bareskrim Polri pada 2019 sampai sekarang.


Banyak sekali ketauladanan yang dapat kita contoh darinya, kami berharap lahir jenderal-jenderal lainnya seperti sosok Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo berpangkat tinggi tapi hati tetap membumi, tutup Khairul Anam selaku Ketua Milenial Muslim Bersatu.

Kabareskrim Polri Listyo Sigit Prabowo Tak Mau Petantang-Petenteng, Begitu Meneduhkan

Jenderal polisi bintang tiga ini, bicaranya kalem.

Tidak ada gertakan.

Tidak petantang-petenteng.

Begitu meneduhkan.

Dia menjanjikan pengusutan kasus yang menyita perhatian publik ini akan dilakukan secara transparan, terbuka dengan berbagai masukan publik.

Listyo menyatakan rekonstruksi peristiwa penembakan yang sudah dilakukan Polisi pada Senin (14/12/2020) lalu dini hari belum final.

Polisi masih membuka ruang apabila ada informasi baru ataupun saksi-saksi baru yang memahami dan mengetahui peristiwa itu.

“Apabila ada temuan-temuan baru, tentunya tidak menutup kemungkinan bisa dilanjutkan dengan proses rekonstruksi lanjutan,” ujar Listyo, dalam konferensi pers, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Listyo memastikan Polri tidak anti-terhadap masukan-masukan lain yang tidak sesuai dengan versi penyidik. Korps Bhayangkara membuka diri.

“Tentunya, kami akan mengakomodir,” imbuhnya.

Dia menegaskan, Polri selalu berusaha profesional, transparan, dan objektif dalam menangani kasus ini.

Salah satu buktinya, mereka melibatkan pihak eksternal dalam pengusutan perkara ini.

Polri mengundang Komnas HAM, Amnesty International, KontraS, Imparsial, dan Kompolnas, dalam rekonstruksi peristiwa penembakan yang terjadi di KM 50, Tol Jakarta-Cikampek, itu.

“Walaupun yang datang hanya dari Kompolnas, namun demikian kami tetap menghargai independensi rekan-rekan pengawas eksternal yang lain,” tambahnya. 

Selain itu, untuk menjaga profesionalisme penyidik, Kabareskrim juga melibatkan Divisi Propam Polri. 

Eks Kapolda Banten ini mengatakan proses penyidikan diserahkan sepenuhnya kepada penyidik hingga hasil akhirnya betul-betul bisa dipertanggungjawabkan.

Listyo berjanji akan terus menginformasikan perkembangan penyidikan kasus tersebut.

“Akan kami rilis pada saat penyidikannya nanti sudah menjadi jauh lebih lengkap,” janjinya.

Sejak 10 Desember, Listyo telah membuka saluran telepon layanan pengaduan soal pengusutan tewasnya enam anggota FPI itu.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan menerangkan, selama tiga hari hotline dibuka, yakni 10-13 Desember, respons yang masuk ke Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) lebih banyak positif ketimbang negatifnya.

“Respons positif 120 laporan dan respons negatif 23 laporan,” ujar Ramadhan.

Respons positif merujuk pada dukungan agar Polisi transparan dalam mengusut perkara ini.

Sementara, respons negatif merujuk pada sikap pihak yang meragukan polisi bisa menuntaskan kasus ini.

Sikap Listyo yang tenang, terbuka, dan tidak petantang-petenteng tadi mendapat pujian warganet.

“Pak Kabareskrim enggak petantang-petenteng yah. Enak dengar omongannya,” cuit @asong66. (****)


%d bloggers like this: